Kedekatan dan temporalitas (ke-sementara-an) adalah dua aspek hubungan antara manusia.
Kedekatan, kepedulian seorang terhadap yang lain, terjadi secara temporal. Bagi
Levinas (1906-1995) proses ini berlangsung terus menerus dan tidak pernah berhenti.
A. Pusat Kedekatan
Kedekatan bagi Levinas adalah tempat dimana ada
kesamaan antara setiap orang/subjek. Kedekatan ini memikat kita masuk ke dalam
hubungan yang tak terbatas dengan yang lain. Relasi antara subject menjadi tema
filsafat Levinas jauh sebelum tulisannya tentang “kedekatan” muncul (7 kali
dalam Totality, and
Infinity (1961), dan 259 kali dalam Otherwise than Being (1974). Apa dinamika terdalam dari pemikiran
Levinas yang berkembang bertahun-tahun sehingga konsep “proximity” itu
sedemikian menonjol?
B. Perkembangan
Konsep
Menurut Robert Bernasconi ada hubungan antara
keputusan Levinas menggunakan kata neighbor (prochain) sepanjang karya awal Stranger (Etranger) dengan munculnya proximity (proximite). Dalam catatan kaki "Enigma and Phenomenon" (1965) Levinas
menulis: “Sebelumnya kami menolak istilah (prochain) ini karena seakan menghendaki adanya suatu lingkungan
(tertentu) untuk suatu komunitas
(tertentu). Sekarang kami mempertahankannya mengingat begitu banyak kejahatan
yang terjadi."
Tetangga adalah “dia yang pertama datang menemani” (“the first to
come along”).
Dalam bahasa Prancis ada dua kata yang berhubungan
dengan kata Inggris “neighbor” (tetangga). Pertama, voison adalah istilah lazim untuk orang yang tinggal dekat atau
tetangga. Dan bukan ini yang dimaksud Levinas dengan proximity atau kedekatan.
Maksud Levinas adalah kata yang kedua,
yaitu “prochain”. Prochain merupakan istilah yang digunakan
dalam Kitab Suci untuk menunjukan orang lain dalam arti seseorang, sesama
manusia. Sesamaku ini bukan saya, tetapi lain sama sekali dari diriku. Untuk
mendekati yang lain (autrui) ini saya
harus mampu mentransendensi diri. Artinya pergi keluar dari diriku, untuk
menjumpai dia yang lain dan membiarkan dia sebagaimana adanya, sebagai yang
lain dari diriku. Transendensi ini hanya mungkin kalau yang lain[1]
bukan diriku atau mirip dengan aku.
C. Inti Teori
tentang Makna
Masalah dengan istilah “tetangga” sejauh ini sudah
teratasi bagi Levinas. Tetapi, dari sini muncul masalah baru yang lebih besar
yaitu, bagaimana menjelaskan hubungan antara makna kiasan/metafora dan makna
literer dari sebuah kata.
Untuk mendekati persoalan ini kita terbantu dengan
tulisan Levinas, “Meaning and Sense” (1964). Dalam tulisan itu Levinas
menantang klaim yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai sebuah arti literer
yang mendasari arti figuratif/metafornya. Menurut Levinas yang “otentik” dan
“asli” itu sifatnya tetap dan melampaui setiap musim dan zaman. Ketika Homer
membandingkan sebuah serangan musuh kepada lawan/musuhnya dengan hempasan
gelombang ke batu karang, Homer di sini tidak menggunakan antropomorfisme kata
Levinas. Alasannya baik manusia maupun batu karang memang nyata punya daya
tahan terhadap sebuah serangan.
Jadi, menurut Levinas makna itu mendahului data dan
menerangi data-data itu. Pengalaman bukanlah intiusi tetapi hermeneutika.
Artinya makna itu apriori, mendahului pengalaman manusiawi kita dan menerangi
pengalaman-pengalaman itu sehingga memungkinkan pemaknaan kita sekarang ini.
Untuk sampai pada kesimpulan ini Levinas membedakan “significations” (makna)
dan “sense” (arti, pengertian). Makna apriori
berasal dari ”pengertian”. Dalam bahasa Prancis “sense” bermakna “pengertian”
(sebagai makna kata pada dirinya) dan sekaligus juga “sense” yang bermakna
kultural.
C. Kedekatan Absolut dan Kedekatan Manusiawi
Kedekatan dalam arti ruang atau “space” selalu
mengandaikan dua titik. Jarak antara dua titik itu. Sementara kedekatan absolut
yang dimaksudkan Levinas adalah, dua titik itu seakan tidak ada, serempak
menjadi satu. Baik aku mau pun yang lain sama, setara, tidak saling
mengobyekan. Tidak ada pengamat yang berdiri di luar sana. Kutub-kutub relasi
satu dan berdekatan. Oleh karena itu kedekatan yang absolut mensyaratkan
kemanusiaan. Kedekatan itu selalu merasa tidak cukup, tidak tenang, gelisah.
Seperti orang yang berangkulan. Selalu mersa tidak cukup dekat, karena itu
ingin sekali lagi dan lagi.
1. Kedekatan
dan Kontak
Kontak fisik seperti cumbuan, seks, pelukan hanya
terbatas dalam ruang. Dibalik kontak fisik ini kadang tersembunyi keresahan,
kecemasan. Kontak-kontak ini sifatnya topologis dan lebih sering merupakan
ungkapan cinta “eros” daripada “agape”. Sementara kedekatan bagi Levinas
bukanlah mengukur jarak dalam ruang. Tidak menghitung jumlah orang yang
berjejal.
Kedekatan itu adalah kepenuhan dan abadi. Kedekatan melampaui
topologi permukaan, keluar dari imanensi sekarang dan di sini. Kedekatan unggul
atas kontak seperti bunyi unggul atas penglihatan, pendengaran atas penampakan.
Apa artinya mendengarkan bunyi? Mendengarkan bunyi menurut Levinas berarti mendengarkan kata. Bunyi yang murni
adalah kata. Sementara itu, bunyi yang lebih transenden lagi adalah suara, qol yang dipakai dalam Kitab Suci
Yahudi. Dalam Totality and Infinity
(1961) dan Otherwise and Being (1968) kata-kata itu antara lain: substitusi
(substitution), kemulian (glory), tanggung jawab (responsibility), seorang
terhadap yang lain (one-for-the-other), berulang (recurrence), dan lain-lain.
2. Recurrence
(Ulangan / Perulangan)
Istilah ini pertama kali muncul dalam Otherwise and Being bagian 2 bab 4
tentang substitusi. Recurrence berkaitan dengan pilihan. Pilihan yang dibuat
dengan penuh tanggung jawab yang membuat aku unik. Unik di sini berarti diriku
tidak mungkin habis/terkikis, atau selesai, seperti simpul benang yang
sewaktu-waktu jika habis segera dibikin simpul baru . Aku utuh dan tiada duanya
meski pilihan yang kubuat berulang-ulang, baik untuk orang lain (soi) maupun untuk diriku (moi).
A. Tema-tema
tentang Pengulangan
Beberapa tema tentang pengulangan yang dibahas
Levinas antara lain withdrawl
(menarik diri), digging (menggali), eating
away (menghabiskan), anxiety
(kecemasan), going in to fullness
(berjalan menuju kepenuhan), dan lain-lain.
Pengulangan-pengulangan ini mengandaikan kesadaran dan pengetahuan. Apa
pentingnya tema-tema ini bagi Levinas? Kepentingannya adalah ekspresi-ekspresi
ini esensial bagi gambaran Levinas tentang subjekfitas, setidaknya penting
sebagai transendensi, yaitu pergi ke sisi sebrang, atau melampaui.
B. Arti
Kedekatan (Proximity)
Dalam esai
“Meaning and Sense” (1964), Levinas membedakan anatara makna, “meaning” dan
pengertian, “sense”. Pengertian adalah apa yang mendasari semua makna dalam
suatu budaya atau bahasa. Misalnya makna
kata di dunia hanya mungkin jika
dunia itu distrukturi oleh arti/pengertian tertentu. Oleh karena itu,
menggunakan “pengertian” dalam cara Levinas maka kita dapat mengatakan
kedekatan adalah pengertian. Pengertian
mendasari secara langsung gerakan asimetris[2] dari
diri ke orang lain.
Jadi,
dapat diringkaskan di sini bahwa kedekatan adalah realitas moral dimana kita
mau mengerti orang lain, menerima orang lain apa adanya, memperlakukan orang
lain sebagai sesama, dan lebih dari itu mengambil tanggung jawab atas segala
sesutu yang terjadi pada mereka.
C. Temporalitas
Temporalitas dalam Levinas adalah suatu aspek
hubungan dengan yang lain, yang tak terbatas atau melampaui being. Ada dua
bentuk waktu yang sangat berbeda dalam Levinas, yaitu waktu di dalam being dan
waktu di luar atau melampaui being. Kesadaran dan kecocokan dengan hukum being,
imanensi disebut sintetik. Dalam hal ini Levinas mengikuti konsep Husserl yang
berkembang dalam bukunya The
Phenomenology of Internal Time Consciousness. Masa depan dan masa lalu
adalah antisipasi dan ingatan dan
keduanya ditarik menjadi satu di masa sekarang. Oleh Levinas jenis watu seperti
ini disebut waktu sinkronik (synchronic time).
Lawannya adalah waktu diakronik (diachronic time),
meninggalkan being. Dalam waktu diakronik waktu itu terpisah. Kesadaran akan
waktu tidak bisa atau tidak diijinkan untuk ditarik ke saat sekarang. Dalam
karya pertama Levinas Time and the Other
(1947) masa depan (future) secara radikal terpisah dari masa sekarang atau
imanen (immanent) dan itulah yang membuat masa depan menjadi antisipasi masa
sekarang. Masa depan lebih dari sekedar kreativitas, angan-angan. Loncatan ke
masa depan membawa pembaharuan untuk masa kini.
Bagaimana kontradiksi ini didekatkan? Menurut
Levinas kontradiksi itu relatif. Artinya kedua bentuk waktu ini mempunyai peran
dalam pemikirannya. Kedekatan biasanya dipakai sebagai istilah ruang,
dan resiprokal. Oleh Levinas kedekatan ruang dan waktu digunakan sebagai
metafora untuk menggambarkan “non-indifference”, tidak acuh (kepedulian)
antara seorang terhadap yang lain. Bagi Levinas kepedulian dan keacuhan satu
sama lain sudah, sekaligus belum utuh terwujud.
[1] Jadi, Orang Lain itu bukan alter ego, sebagaimana sering dikatakan di masa lampau, bukan aku
yang lain. Saya tidak dapat mendekati dia dengan bertitik tolak dari “aku”.Dia
lain sama sekali. Orang Lain adalah si Pendatang, Orang Asing (l’Etranger). (Bdk. K.Bertens, Filsafat Kontemporer, Jilid II, Prancis, Jakakarta,
2001, hlm. 289).
[2] Asimetris berarti tidak seimbang. Maksudnya tolak
ukur dari segala tindakan saya kepada orang lain adalah tanggung jawab moral
saya sebagai manusia. Tidak peduli apa orang lain membalas dengan kebaiakan
atau bahkan malah berbuat jahat kepada saya. (Bdk. K.Bertens, Filsafat Kontemporer, Jilid II, Prancis, Jakakarta,
2001, hlm. 294).
Comments
Post a Comment