Oleh:
Dwi Agustanti*
“Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam
rumah itu.”
Suatu fakta yang begitu ironis dalam zaman
ini adalah kota metropolitan dengan gedung-gedung pencakar langit yang
menjulang tinggi dengan megahnya tetapi pengemis berkeliaran hampir di setiap
sudut kota. Perekonomian yang semakin bertumbuh, kebudayaan yang semakin maju,
teknologi yang semakin canggih, tidak menghapuskan fakta kemiskinan dalam
masyarakat. Baik pengemis, maupun kemiskinan adalah realitas yang akan terus
kita jumpai di segala zaman maupun tempat. Inilah permasalahan sosial yang akan
terus kita jumpai dalam hidup kita.
Sumber Permasalahan
Permasalahan sosial yang muncul di tengah
kehidupan manusia merupakan buah dari kemerosotan rohani yang semakin lama
semakin buruk. Menurut Kuyper, permasalahan ini berawal dari keinginan untuk
memiliki kebebasan. Kebebasan hidup semu yang membawa manusia terjerat oleh
kemiskinan dan ketidakadilan baik jasmani maupun rohani. Mengapa hal ini dapat
terjadi?
Dosa telah membutakan manusia, menjadikan
mereka makhluk-makhluk serakah yang rela menempuh segala cara untuk mendapatkan
harta, bahkan bila mereka harus meninggalkan kemanusiaan mereka sekalipun.
Manusia lain di luar diri ini tidak lagi dipandang sebagai sesama gambar dan
rupa Allah, melainkan sebagai anak tangga yang harus diinjak untuk mencapai
posisi kekayaan dan kekuasaan yang lebih tinggi.
Panggilan
Mengapa kita harus memerhatikan
kesejahteraan sosial di tempat kita berada? Dalam kaca mata Kristiani, setiap orang dipanggil untuk menjadi “garam dunia”, menjadi pencegah kebusukan yang disebabkan kuasa dosa. Setiap kita
dipanggil untuk mengasihi Allah serta sesama, membagikan kasih yang telah
terlebih dahulu kita terima kepada gambar dan rupa Allah di sekitar kita.
Setiap kita juga dipanggil untuk mengusahakan dan berdoa bagi kesejahteraan
kota di mana kita berada (Yer. 29:7).
Teladan
Kristus
Lalu apakah penyelesaian masalah dari semua krisis yang
cukup mengerikan ini? Permasalahan sosial yang berasal dari kerusakan moral ini
tidak akan cukup terselesaikan dengan mengatasi fenomena-fenomena yang muncul
saja. Kerusakan moral harus diselesaikan secara tuntas agar masalah-masalah
sosial yang ada dapat dihapuskan.
Bagaimana caranya merestorasi moral manusia yang sudah
bobrok ini? Tak lain adalah dengan meneladani Yesus sendiri. Kuyper mengatakan bahwa Kristus adalah seorang pembaru
sosial. Akar kerusakan moral adalah kebutaan terhadap kebenaran. Dengan
mengenal kasih Kristus yang begitu besar manusia mampu mengasihi sesamanya.
Dengan melihat kerelaan Kristus berkorban di atas kayu salib manusia mendapat
kekuatan untuk berbelas-kasihan terhadap sesamanya.
Memuliakan Tuhan dengan Harta
Ajaran Kristus tentang mengumpulkan harta di sorga tidaklah
menjadi alasan bagi kita untuk bermalas-malasan bekerja mencari uang di dunia.
Manusia membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Tetapi uang bukanlah segalanya,
uang tidak dapat disamakan dengan kehidupan itu sendiri.
Kristus pun menghargai kehidupan
manusia dengan kerelaan-Nya datang ber-inkarnasi dan menjalani hidup sebagai manusia
di bumi ini. Memiliki banyak harta di dunia ini bukanlah suatu hal yang salah, tetapi harus “dibarengi” kemampuan untuk mengatur harta benda itu sendiri, sehingga dapat kita
pertanggungjawabkan pula dengan benar di
hadapan-Nya. Paulus mengatakan di 1
Korintus 6:12, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna.
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh
suatu apapun.”
Memberi Bantuan
Mungkin beberapa dari kita enggan memberi sedekah kepada
pengemis di jalan karena beranggapan bahwa mereka hanyalah organisasi
terstruktur yang mempermainkan empati manusia untuk mendapatkan uang.
Bagaimanakah kita seharusnya memberi?
Terdapat begitu banyak permasalahan sosial di sekitar kita,
terdapat pula kerusakan moral yang begitu serius namun tidak jarang terlewatkan
oleh kebanyakan orang. Yohanes 12:8 dengan jelas mengatakan bahwa orang miskin
akan terus bersama dengan kita. Inilah bagian dari kehidupan yang kita semua
harus pertanggungjawabkan juga di hadapan-Nya. Menjadikan diri kita berkat
rohani maupun jasmani secara simultan adalah langkah yang paling tepat dan
harus kita jalankan.
*Tulisan ini adalah hasil pengolahan
kembali artikel “Kekristenan dan Kesejahteraan Sosial”, Steffie Jessica, Pillar:2017.
*Dwi Agustanti adalah Manager Yogyakarta Branch HFH
Indonesia.
Comments
Post a Comment